Powered By Blogger

Rabu, 31 Maret 2010

Membangun Bisnis Indonesia ( Bag.2 )


Budaya Kerja Bangsa Jepang
Bangsa Jepang sanggup bekerja lembur, meskipun tidak dibayar. Itu merupakan wujud kesetiaan dan komitmen mereka pada perusahaan. Kesungguhan dan sikap kerja keras pekerja Jepang tidak dapat ditandingi oleh bangsa-bangsa lain sehingga mereka sanggup mengorbankan kepentingan pribadi dan juga waktu bersama keluarga. Meskipun pekerja Jepang bekerja lima hari seminggu, catatan jam kerja mereka paling tinggi dibandingkan pekerja Eropa Barat dan AS.

Akan tetapi, kesejahteraan ekonomi dan sosial yang pekerja Jepang dirasakan menyebabkan adanya sedikit penurunan dalam jam kerja mereka. Meskipun begitu, jumlah itu tetap yang tertinggi di dunia.

Pada tahun 1960, rata-rata jam kerja pekerja Jepang adalah 2.450 jam/tahun. Pada tahun 1992, jumlah itu menurun menjadi 2.017 jam/tahun. Namun, jumlah jam kerja itu masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata jam kerja di negara lain, misalnya Amerika (1.957 jam/tahun), Inggris (1.911 jam/tahun), Jerman (1.870 jam/tahun), dan Prancis (1.680 jam/tahun).

Perkiraan tersebut berdasarkan penggunaan jam kerja secara maksimal dan produktif. Kerajinan dan kemauan bangsa Jepang untuk bekerja melebihi jam kerja membuahkan hasil positif, yaitu membantu perkembangan dan pertumbuhan pesat ekonomi Jepang. Dalam hal itu, tidak ada yang memperkirakan bahwa Jepang dapat bangkit dan pulih kembali dalam waktu yang begitu singkat setelah mengalami masa-masa sulit pada era 1940 - 1950an.

Keberhasilan tersebut menarik perhatian dan keinginan banyak negara, termasuk Malaysia, untuk mempelajari formula keberhasilan Jepang tersebut. Pada era 1980-an, Malaysia memperkenalkan asas memandang ke Timur dengan menjadikan Jepang sebagai contoh dan teladan dalam keberhasilan ekonomi. Azas itu diperkenalkan dengan tujuan rakyat Malaysia dapat mempelaiari dan mengikuti etika kerja orang Jepang.

Budaya kerja bangsa Jepang yang diperkenalkan melalui azas ini antara lain pencatatan waktu, senam pagi sebelum bekerja, bekerja dalam tim, dan penjelasan singkat rnempelajari cara kerja sebelum memulai kerja. Kaidah dan etika kerja tersebut merupakan ciri-ciri dan budaya kerja di Jepang. Akan tetapi, budaya kerja tersebut tidak berhasil diterapkan dalam budaya kerja orang Malaysia.

Untuk menerapkan budaya kerja orang Jepang, diperlukan sikap konsisten dan komitmen tinggi. Jika tidak dilaksanakan sungguh maka akan sia-sia belaka. Sebenarnya, budaya dan kebiasaan kerja bangsa Jepang dapat diterapkan dalam suatu negara dengan cara menyesuaikannya dengan budaya dan kebiasaan masyarakat setempat.

Budaya kerja Jepang tidak sulit diterapkan, asalkan setiap orang mau mengubah sikap. Sikap rajin, optimis, kreatif, dan tepat waktu, merupakan ciri-ciri bangsa maju. Bangsa Jepang maju karena mereka rajin. Begitu juga dengan bangsa Cina. Mereka juga rajin seperti Jepang, meskipun tidak melebihi Jepang. Bangsa Jepang memiliki semangat kerja tinggi. Saat melakukan suatu pekerjaan, mereka selalu bersemangat. Sebenarnya, potensi tersebut dimiliki semua bangsa. Namun, tidak semua negara mampu mengelola potensi itu dengan baik. Bangsa Jepang menggunakan potensi itu dengan baik, Sehingga mereka maju. Mereka menjadikan potensi itu sebagai budaya yang di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, setiap bangsa perlu mengubah sikap dengan cara membentuk sikap, budaya kerja, dan cara hidup seperti halnya bangsa Jepang. Dengan demikian, keberhasilan dan kemajuan dapat dicapai. Akan tetapi, setiap bangsa juga perlu mempertahankan jati diri mereka seperti seperti halnya Jepang. Perubahan sikap tidak menghilangkan jati diri Jepang sebagai bangsa berdaulat, tetapi menjadikan mereka sebagai bangsa yang mampu bersaing. 


  Rahasia Bisnis Orang Jepang, oleh : Ann Wan Seng
Belajar dari : Langkah Raksasa Sang Nippon Mengusai Dunia
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Pendapatmu...