Powered By Blogger

Rabu, 16 Desember 2009

Global Warming - Apa dan mengapa ?

         Sejak dikenalnya ilmu mengenai iklim, para ilmuwan telah mempelajari bahwa ternyata iklim di Bumi selalu berubah. Dari studi tentang jaman es di masa lalu menunjukkan bahwa iklim bisa berubah dengan sendirinya, dan berubah secara radikal. Apa penyebabnya? Meteor jatuh ? Variasi panas Matahari ? Gunung meletus yang menyebabkan awan asap? Perubahan arah angin akibat perubahan struktur muka Bumi dan arus laut ? Atau karena komposisi udara yang berubah ? Atau sebab yang lain?

         Sampai baru pada abad 19, maka studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu gas rumah kaca?

         Sebetulnya yang dikenal sebagai ‘gas rumah kaca’, adalah suatu efek, dimana molekul-molekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C, atau kalau tidak, maka tentu saja tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini.

        Pada sekitar tahun 1820, Bapak Fourier menemukan bahwa atmosfer itu sangat bisa diterobos (permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi itu bisa dipantulkan keluar, radiasi merah-infra yang seharusnya terpantul terjebak, dengan demikian maka atmosfer Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca).

         Tiga puluh tahun kemudian, Bapak Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekul-molekul tersebut yang akhirnya dinamai sebagai gas rumah kaca, seperti yang kita kenal sekarang. Arrhenius kemudian memperlihatkan bahwa jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan.

          Semenjak penemuan Fourier, Tyndall dan Arrhenius tersebut, ilmuwan semakin memahami bagaimana gas rumah kaca menyerap radiasi, memungkinkan membuat perhitungan yang lebih baik untuk menghubungkan konsentrasi gas rumah kaca dan peningkatan Temperatur. Jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatduakan saja, maka temperatur bisa meningkat sampai 1°C.

          Tetapi, atmosfer tidaklah sesederhana model perhitungan tersebut, kenyataannya peningkatan temperatur bisa lebih dari 1°C karena ada faktor-faktor seperti, sebut saja, perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan, perubahan kandungan uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, baik karena pembukaan lahan, perubahan permukaan, atau sebab-sebab yang lain, alami maupun karena perbuatan manusia. Bukti-bukti yang ada menunjukkan, atmosfer yang ada menjadi lebih panas, dengan atmosfer menyimpan lebih banyak uap air, dan menyimpan lebih banyak panas, memperkuat pemanasan dari perhitungan standar.

          Sejak tahun 2001, studi-studi mengenai dinamika iklim global menunjukkan bahwa paling tidak, dunia telah mengalami pemanasan lebih dari 3°C semenjak jaman pra-industri, itu saja jika bisa menekan konsentrasi gas rumah kaca supaya stabil pada 430 ppm CO2e (ppm = part per million = per satu juta ekivalen CO2 - yang menyatakan rasio jumlah molekul gas CO2 per satu juta udara kering). Yang pasti, sejak 1900, maka Bumi telah mengalami pemanasan sebesar 0,7°C.

         Lalu, jika memang terjadi pemanasan, sebagaimana disebut; yang kemudian dikenal sebagai pemanasan global, (atau dalam istilah populer bahasa Inggris, kita sebut sebagai Global Warming): Apakah merupakan fenomena alam yang tidak terhindarkan? Atau ada suatu sebab yang signfikan, sehingga menjadi ‘populer’ seperti sekarang ini? Apakah karena Al Gore dengan filmnya “An Inconvenient Truth” yang mempopulerkan global warming? Tentunya tidak sesederhana itu.

          Perlu kerja-sama internasional untuk bisa mengatakan bahwa memang manusia-lah yang menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2007, menunjukkan bahwa secara rata-rata global aktivitas manusia semenjak 1750 menyebabkan adanya pemanasan. Perubahan kelimpahan gas rumah kaca dan aerosol akibat radiasi Matahari dan keseluruhan permukaan Bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim. Dalam besaran yang dinyatakan sebagai Radiative Forcing sebagai alat ukur apakah iklim global menjadi panas atau dingin (warna merah menyatakan nilai positif atau menyebabkan menjadi lebih hangat, dan biru kebalikannya), maka ditemukan bahwa akibat kegiatan manusia-lah (antropogenik) yang menjadi pendorong utama terjadinya pemanasan global (Gb.1).

          Hasil perhitungan perkiraan agen pendorong terjadinya pemanasan global dan mekanismenya (kolom satu), berdasarkan pengaruh radiasi (Radiative Forcing), dalam satuan Watt/m^2, untuk sumber antropogenik dan sumber yang lain, tanda merah dan nilai positif dari kolom dua dan tiga berarti sumbangan pada pemanasan, sedangkan biru adalah efek kebalikannya. Kolom empat menyatakan dampak pada skala geografi, sedangkan kolom kelima menyatakan tingkat pemahaman ilmiah (Level of Scientific Understanding), Sumber: Laporan IPCC, 2007.

          Dari gambar terlihat bahwa karbon-dioksida adalah penyumbang utama gas kaca. Dari masa pra-industri yang sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada tahun 2005. Angka ini melebihi angka alamiah dari studi perubahan iklim dari masa lalu (paleoklimatologi), dimana selama 650 ribu tahun hanya terjadi peningkatan dari 180-300 ppm. Terutama dalam dasawarsa terakhir (1995-2005), tercatat peningkatan konsentrasi karbon-dioksida terbesar pertahun (1,9 ppm per tahun), jauh lebih besar dari pengukuran atmosfer pada tahun 1960, (1.4 ppm per tahun), kendati masih terdapat variasi tahun per tahun.

         Sumber terutama peningkatan konsentrasi karbon-dioksida adalah penggunaan bahan bakar fosil, ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan, penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es). Peningkatan konsentrasi metana (CH4), dari 715 ppb (part per billion= satu per milyar) di jaman pra-industri menjadi 1732 ppb di awal 1990-an, dan 1774 pada tahun 2005. Ini melebihi angka yang berubah secara alamiah selama 650 ribu tahun (320 - 790 ppb). Sumber utama peningkatan metana pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil. Konsentrasi nitro-oksida (N2O) dari 270 ppb - 319 ppb pada 2005. Seperti juga penyumbang emisi yang lain, sumber utamanya adalah manusia dari agrikultural. Kombinasi ketiga komponen utama tersebut menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global.

          Kontribusi antropogenik pada aerosol (sulfat, karbon organik, karbon hitam, nitrat and debu) memberikan efek mendinginkan, tetapi efeknya masih tidak dominan dibanding terjadinya pemanasan, disamping ketidakpastian perhitungan yang masih sangat besar. Demikian juga dengan perubahan ozon troposper akibat proses kimia pembentukan ozon (nitrogen oksida, karbon monoksida dan hidrokarbon) berkontribusi pada pemanasan global. Kemampuan pemantulan cahaya Matahari (albedo), akibat perubahan permukaan Bumi dan deposisi aerosol karbon hitam dari salju, mengakibatkan perubahan yang bervariasi, dari pendinginan sampai pemanasan. Perubahan dari pancaran sinar Matahari (solar irradiance) tidaklah memberi kontribusi yang besar pada pemanasan global.

           Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa memang manusia yang berperanan bagi nasibnya sendiri, karena pemanasan global terjadi akibat perbuatan manusia sendiri. Lalu bagaimana dampak Global Warming bagi kehidupan? Alur waktu prediksi dan dampak dari perspektif sains dapat dibaca pada bagian kedua tulisan ini.


Selasa, 15 Desember 2009

Jalan Hidup

Berjalan di jalan yg gelap
Tak tahu arah dan tujuan
Ku hanya ingin keluar
Dari laknatnya kehidupan
Reff :    Wahai engkau iblis jahanam
Pergilah dari hidupku
Ku ingin hidupku berarti
Kuakhiri sampai disini
            Jalan sesat yg kulalui
Kini kutemukan seberkas cahaya
Walau kecil nan jauh
Kan ku gapai dan ku kejar
Sampai badanku hancur
Remuk hati dan pikiranku
Semua demi hidupku…
        Bridge : Pertarungan ini kan ku hadapi
                     Hingga ajalku…menjelang

Rabu, 26 Agustus 2009

Berdikari

Marilah kita hidup menurut diri kita. Percayalah pada diri sendiri. Jangan membiarkan orang-orang sekitar kita menjadi atasan kita. Gunakan akal untuk menemukan hal-hal yg ingin kita ketahui. Marilah kita mengerjakan apa saja yg menurut kita sendiri baik untuk kita kerjakan.
Jangan memanipulasi orang lain. Tetapi jangan pula membiarkan diri kita dimanipulasi oleh siapapun. Kita harus mampu berkata : “Ya, saya mau mengerjakan itu”. Tetapi juga jangan takut untuk berkata : “Lebih baik saya tidak mengerjakan itu, karena ada diluar kemampuan saya”.
Hiduplah dengan jujur dan berani menurut rahmat yg kita terima pada saat itu.

Perpisahan Sahabat

Sahabat kita telah meninggalkan kita ke tempatnya yg baru. Sungguh berat rasanya hati ini menghadapi perpisahan. Hari-hari berkumpul dan berteman yg telah lalu rasanya begitu singkat. Alangkah bahagianya jika seandainya kita senantiasa dapat selalu bertemu, berkumpul, dan berjumpa setiap saat. Namun apa daya, sebab setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi perpisahan kita ini hanya pisah jasadnya saja, akan tetapi hatinya tetap bersatu dengan kita semua. Sekalipun tempat yg ditempati oleh teman kita yg baru ini jauh dari tempat kita, namun buat kita dekat dalam hati. Manusia mempunyai cita-cita dan keinginan namun semua itu hanyalah Tuhan yg menentukan perjalanan hidupnya, sebagaimana yg dialami oleh sahabat kita, maksud hatinya ingin bertemu dan berteman dengan kita selama-lamanya, namun hal itu sudah ditentukan oleh Tuhan untuk berpisah.

Rekan-rekan sekalian, tentunya kita semua masih ingat betapa baik dan akrabnya teman kita dalam berteman dan bersahabat. Oleh sebab itu patutlah kita merasa kehilangan jika nanti teman kita telah meninggalkan tempat ini. Namun apa boleh buat semuanya itu sudah terjadi. Yang penting marilah kita berdoa dan mendoakan teman kita ini menjadi kerasan di tempat yg baru dan sekaligus dapat menggalang persaudaraan yg lebih baik serta dapat mengembangkan cita-citanya yg lebih maju lagi.

Khusus kepada sahabat kami, aku mewakili rekan-rekan, sekali lagi aku ucapin selamat jalan, dan jangan lupa pada pepatah lama yg mengatakan : jauh di mata namun dekat di hati. Kita boleh berjauhan tempat namun hendaknya saling ingat mengingat dan kenang-mengenang. Kelak jika ada sumur di ladang bolehlah kita menumpang mandi, jika ada umur yg panjang bolehlah kita bertemu kembali. Tak lain harapan’ku bersama teman-teman di tempat yg baru nanti kamu dapat mengembangkan bakat dan studi’mu lebih baik lagi, setidak-tidaknya kami yang pernah berkumpul dan berteman suatu saat dapat berkata bahwa sukses’mu adalah sukses kami juga.

Sahabat’ku yg ku sayangi, kiranya selama ini kita tak mampu melepas diri dari rasa salah dan khilaf. Untuk itu maafkanlah segala kekhilafan dan kesalahan kami baik yg sengaja maupun yg tidak sengaja. Aku dan teman-teman yg kau tinggalkan pun menyadari bahwa engkau tak mungkin mudah melupakan segala suka dan duka selama berteman, oleh sebab itu kami yakin pada suatu saat kamu akan menyempatkan diri untuk menengok kami atau kami dan teman-teman yg ada disini menyempatkan diri ke tempat’mu sehingga terobatilah penyakit rindu di hati dalam mengenang nostalgila-nostalgila pada masa yg lalu.